Daun jarak gundul, atau daun jarak putih, diyakini oleh masyarakat Dusun Ledok dan Desa Sidorejo dapat menangkal petir, terutama bagi para petani. Kepercayaan ini berasal dari kisah Eyang Selayuda, tokoh sakti yang pernah menangkap petir dan menetapkan daun jarak putih sebagai tanda bagi keturunannya. Hingga kini, sebagian masyarakat masih percaya bahwa dengan memakai daun ini saat hujan, mereka akan terlindungi dari sambaran petir.
tes
Penulis
Daun jarak gundul atau disebut juga daun jarak putih oleh masyarakat Dusun Ledok, bahkan Desa Sidorejo, diyakini sebagai daun yang bisa menangkal petir, terlebih lagi bagi masyarakat yang bekerja sebagai petani. Daun jarak gundul dahulu sering digunakan oleh petani ketika pergi ke sawah di saat musim hujan. Para petani percaya ketika memasang daun jarak gundul di kepala, mereka tidak akan terkena sambaran petir. Sekarang kepercayaan akan kekuatan daun jarak gundul tersebar dan juga oleh petani di daerah-daerah lain.
Mitos akan kekuatan daun jarak gundul menangkal petir diyakini berawal dari kisah Eyang Selayuda, seorang tokoh sakti dari Ledok yang menjadikan Eyang Sarananya Seyeg sebagai saudaranya. Pada suatu ketika, daerah Ledok diguyur hujan yang berlangsung lama dengan disertai petir yang menyambar-nyambar. Keadaan tersebut membuat penduduk takut keluar rumah, terlebih lagi para petani. Terpaksa, selama beberapa saat mereka meninggalkan sawah yang seharusnya mereka tanami. Sebagai tokoh yang dituakan, Eyang Selayuda tidak tinggal diam melihat masyarakatnya tenggelam dalam ketakutan.
Dikisahkan bahwa untuk menentramkan masyarakat Ledok, dengan kekuatannya Eyang Selayuda lantas menangkap petir yang sedang menyambar. Setelah dipegang, petir tersebut diam tak berkutik. Petir tersebut kemudian berkata kepada Eyang Selayuda, “Aku tidak akan menyambar anak turunmu hingga tujuh turunan. Oleh karena itu, berilah tanda bagi anak turunmu.” Mendengar janji tersebut, Selayuda lalu menjawab, “Daun jarak putihlah yang menjadi tanda anak turunku.” Setelah mengikat perjanjian dengan petir yang ditangkapnya, Eyang Selayuda kemudian memberi nasihat kepada para penduduk, “Barang siapa yang memakai tanda berupa daun jarak gundul ketika hujan, maka dia tidak akan disambar petir.”
Dari cerita di atas, hingga kini masyarakat Sidorejo khususnya yang bekerja sebagai petani masih ada yang meyakini kebenaran kata-kata Eyang Selayuda tersebut. Mereka percaya bahwa dengan memakai daun jarak gundul ketika hujan, petir tidak akan menyambar karena ia akan tahu bahwa mereka adalah keturunan Eyang Selayuda. Kepercayaan ini juga sering diceritakan oleh orang-orang tua kepada anak turunnya, dan sebagian dari mereka memang masih percaya, meskipun tidak tahu asal usulnya.